Istilah “jam koma” belakangan ramai diperbincangkan di media sosial, khususnya di platform seperti TikTok dan X (dulu Twitter). Fenomena ini menggambarkan keadaan di mana seseorang mengalami kelelahan mental dan fisik pada jam-jam tertentu, biasanya sore hingga malam hari. Gen Z—mereka yang lahir antara akhir 1990-an hingga awal 2010-an—menjadi kelompok yang paling sering mengalami kondisi ini. Apa sebenarnya yang memicu fenomena ini, dan bagaimana dampaknya terhadap keseharian mereka?
Apa Itu Jam Koma?
Secara sederhana, istilah “jam koma” merupakan kombinasi dari kata “jam” (waktu) dan “koma” (kondisi tubuh atau pikiran yang terputus dari kesadaran). Fenomena ini tidak merujuk pada kondisi medis serius seperti koma, tetapi lebih kepada keadaan saat seseorang mengalami kelelahan yang ekstrem. Pada saat mengalami “jam koma,” seseorang mungkin merasa sangat lesu, sulit berkonsentrasi, atau cenderung melakukan kesalahan seperti typo atau berbicara tidak jelas.
Istilah ini kerap digunakan secara santai dalam percakapan sehari-hari oleh anak muda untuk menggambarkan penurunan energi yang tiba-tiba. Hal ini juga sering dihubungkan dengan gaya hidup modern yang menuntut produktivitas tinggi dan interaksi digital tanpa henti.
Baca Juga: Langka dan Mengejutkan! Bayi 19 Bulan di Malaysia Didiagnosis Kanker Ovarium Stadium 3
Penyebab Utama Jam Koma
Ada beberapa faktor utama yang membuat fenomena ini semakin sering terjadi, terutama di kalangan anak muda:
- Kelelahan Akibat Informasi Berlebihan: Gen Z tumbuh di era digital yang sarat dengan informasi. Aktivitas sehari-hari mereka hampir selalu terhubung dengan smartphone, komputer, dan media sosial. Hal ini membuat mereka rentan mengalami kelelahan mental (mental fatigue) akibat paparan informasi berlebihan, sehingga tingkat konsentrasi menurun, terutama pada siang atau malam hari.
- Kurang Tidur dan Pola Hidup Tidak Teratur: Kebiasaan begadang untuk belajar, bekerja, atau menikmati hiburan seperti bermain game dan menonton film juga menjadi penyebab utama kelelahan. Akibat kurang tidur, tubuh tidak memiliki waktu pemulihan yang cukup, sehingga rasa lelah cenderung memuncak pada waktu-waktu tertentu, terutama sore dan malam hari.
- Tekanan Sosial dan Ekspektasi Digital: Selain harus produktif di dunia nyata, anak muda juga merasa terbebani oleh ekspektasi sosial di media sosial. Tekanan untuk selalu terlihat aktif dan sempurna bisa menambah stres, yang berkontribusi pada burnout dan munculnya “jam koma.”
- Pola Makan Tidak Sehat: Gen Z juga cenderung mengonsumsi makanan tinggi gula dan kafein untuk meningkatkan energi secara instan. Namun, energi tersebut biasanya cepat habis, dan tubuh akan mengalami penurunan drastis setelah efeknya memudar, menyebabkan kelelahan yang lebih parah.
Dampak dan Solusi untuk Mengatasi Jam Koma
Kondisi “jam koma” tidak hanya memengaruhi produktivitas harian tetapi juga berdampak pada kesehatan mental. Jika tidak dikelola dengan baik, kelelahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan tidur, kecemasan, dan bahkan depresi. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk memahami cara menjaga keseimbangan antara aktivitas digital dan kesehatan mereka.
Baca Juga: Mengenal Buah Matoa: Si Kaya Manfaat untuk Kesehatan
Beberapa solusi yang dapat diterapkan antara lain:
- Menyusun Jadwal Istirahat Teratur: Mengatur waktu istirahat di sela-sela aktivitas harian agar tubuh dan pikiran bisa pulih dengan baik.
- Membatasi Konsumsi Kafein dan Gula: Hindari konsumsi berlebihan minuman manis atau berkafein untuk menjaga energi tetap stabil sepanjang hari.
- Mengurangi Waktu Layar: Beri waktu bagi tubuh dan pikiran untuk beristirahat dari gawai dan media sosial.
- Olahraga Rutin: Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan energi dan memperbaiki suasana hati.
Kesimpulan
Fenomena “jam koma” adalah cerminan dari tantangan yang dihadapi Gen Z dalam menjaga keseimbangan antara tuntutan dunia digital dan kesehatan mereka. Meski kondisi ini terdengar sepele, dampaknya bisa serius jika diabaikan. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dan lebih bijak dalam penggunaan teknologi, generasi muda dapat menghadapi tantangan ini dan menjaga kesehatan mental serta fisik mereka di era modern.
Memahami pentingnya istirahat dan pemulihan adalah langkah awal agar Gen Z tetap produktif dan mampu menjalani kehidupan dengan lebih seimbang.