Jakarta – Dalam riuhnya popularitas trading forex di Indonesia, banyak orang tergiur janji keuntungan instan tanpa memahami risiko yang menyertainya. Di tengah tren itu, kisah Mathias Putra justru menunjukkan sisi lain dunia trading: perjuangan panjang, jatuh bangun, dan pencarian sistem yang tak sekadar cuan cepat, tapi bertahan jangka panjang.
Mathias bukan sekadar trader biasa. Ia menghabiskan 20 tahun membangun pendekatan yang kini ia sebut sebagai Big Boy Concept, lahir dari pengalaman pribadi dan pengamatan terhadap pola pikir para pelaku pasar institusional atau biasa dijuluki “bandar”.
Mencari Kebebasan Lewat Trading
Karier Mathias dimulai di sektor perbankan dan manufaktur. Namun, setelah tujuh tahun bekerja, ia mulai mempertanyakan: benarkah bekerja di balik meja akan membawanya pada kebebasan finansial dan waktu yang ia impikan?
Ia mencoba berbagai usaha konvensional, dari asuransi hingga MLM, tapi terkendala pada modal dan logistik. Sampai akhirnya, ia dikenalkan pada forex trading — sebuah bidang yang tampak sederhana secara teknis: cukup laptop dan koneksi internet.
Kenyataannya jauh lebih kompleks.
Belajar Serius, Tapi Tetap Tersandung
Sejak 2003, Mathias mulai menekuni trading dengan serius. Ia mengikuti berbagai pelatihan dan belajar dari banyak mentor. Namun, alih-alih untung, ia justru terjebak dalam kerugian beruntun. Tak sedikit aset pribadinya, termasuk properti hasil kerja sebelumnya, harus dijual untuk menutup kerugian akibat margin call.
Namun, justru di titik terpuruk itu, rasa penasaran Mathias tumbuh semakin besar. “Industri sebesar ini tidak mungkin hanya berisi jebakan,” ungkapnya.
Membongkar Pola Para Bandar
Pencarian jawabannya membawanya hingga ke luar negeri: Malaysia, Singapura, hingga Hong Kong. Ia mulai mempelajari cara kerja para pelaku pasar besar—dari fund manager institusional hingga broker kelas atas. Perbedaan antara pendekatan mereka dan trader ritel Indonesia amat mencolok, bukan cuma dari strategi dan modal, tetapi terutama pada sistem berpikir dan manajemen risiko.
Dari sinilah lahir Big Boy Concept — pendekatan yang menekankan pada sistem dan disiplin, bukan sekadar indikator atau sinyal.
Apa Itu Big Boy Concept?
Berbeda dengan pendekatan umum yang fokus pada “entry point” dan strategi teknikal, Big Boy Concept membangun sistem trading berdasarkan prinsip manajemen risiko institusional:
- Tidak menyimpan posisi semalaman
- Menentukan risiko sebelum membuka posisi
- Cut loss secepat mungkin saat sinyal gagal
- Menghindari overtrading dan efek euforia saat profit
Menurut Mathias, perusahaan besar bisa tetap eksis bukan karena selalu menang, tapi karena tahu kapan harus berhenti untuk melindungi modal.
Dari Frustrasi Menuju Misi Edukasi
Lima tahun pertama menjadi titik kritis. Mathias sempat vakum dari trading karena merasa upayanya tak berbuah hasil. Namun, justru di masa itu, industri forex tumbuh pesat di Indonesia — dengan banyaknya broker asing membuka cabang lokal dan makin banyak masyarakat yang ikut trading tanpa pemahaman yang cukup.
Melihat tren tersebut, ia kembali. Bukan lagi sebagai trader murni, tapi sebagai pendidik. Tujuannya jelas: membantu masyarakat memahami risiko dan membangun pendekatan yang realistis.
“Saya tahu betul rasanya rugi besar karena salah sistem. Masalahnya, banyak orang bahkan tidak sadar bahwa cara mereka itu salah sejak awal,” ujarnya.
Trading Bukan Soal Menang, Tapi Bertahan
Bagi Mathias, inti dari trading bukan pada seberapa sering profit, melainkan bagaimana modal tetap utuh dalam jangka panjang. “Profit bisa dipelajari, tapi ketahanan mental dan sistem hanya bisa dibentuk lewat proses dan disiplin,” tegasnya.
Ia tidak menjanjikan siapa pun akan cepat kaya lewat trading. Namun, ia percaya siapa saja bisa sukses jika siap belajar dan menjalani sistem yang tepat.
“Kalau kamu belum siap kehilangan uang, belum siap cut loss, atau belum punya sistem, lebih baik jangan dulu masuk. Karena pasar tidak akan menunggu kamu siap,” tutupnya.