Getaran.com – Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (5/8), saat kerusuhan besar terus melanda negara tersebut. Tindakan Hasina ini diambil setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu istana kepresidenan di Dhaka, menyebabkan ketakutan dan kekacauan di ibukota.
Pengunjuk rasa yang dilengkapi dengan senjata rakitan dan tongkat menghancurkan gerbang Penjara Pusat Sherpur, memungkinkan sekitar 500 tahanan untuk melarikan diri. Selain itu, aksi demonstrasi juga menyasar kantor polisi dan berbagai gedung publik lainnya. Di Dhaka, rumah Menteri Pangan Sadhan Chandra Majumder dan kediaman Menteri Dalam Negeri Asaduzzaman Khan juga diserang oleh demonstran.
Tindakan protes ini dipicu oleh kemarahan masyarakat terhadap sistem kuota untuk posisi pekerjaan di pemerintahan, di mana 30 persen dari posisi tersebut dialokasikan untuk anggota keluarga veteran perang 1971. Banyak orang menganggap hal ini sebagai tindakan diskriminasi dan favoritisme, khususnya terhadap pendukung Hasina dan partainya.
Baca Juga: Pembukaan Seleksi CPNS 2024: PPPK Dapat Mendaftar Tanpa Mundur Dari Jabatan
Hasina, yang merupakan Perdana Menteri terlama dalam sejarah Bangladesh, telah menjabat selama hampir tiga dekade dalam dua periode yang berbeda. Dia pertama kali terpilih pada tahun 1996 dan menjabat hingga tahun 2001. Setelah masa transisi, Hasina kembali menjadi Perdana Menteri pada tahun 2009 dan telah menghadapi sejumlah tantangan selama masa jabatannya, termasuk tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
Setelah meninggalkan kediamannya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Bangladesh Jenderal Waker-Uz-Zaman menyatakan bahwa ia mengambil tanggung jawab penuh untuk membentuk pemerintahan sementara yang akan mencakup perwakilan dari semua partai politik utama. Ia mengimbau kepada para demonstran agar tetap tenang dan memberikan waktu kepada militer untuk menstabilkan situasi.
Kekacauan yang telah berlangsung sejak awal Juni ini telah menelan banyak korban jiwa, dengan sedikitnya 93 orang tewas, termasuk 14 petugas polisi, dan ribuan lainnya terluka. Awal mulanya, unjuk rasa ini muncul sebagai reaksi terhadap perubahan sistem rekrutmen berdasarkan kuota pemerintah dan dengan cepat berkembang menjadi demonstrasi anti-pemerintah yang meluas.
Baca Juga: Keluarga Kerajaan Yordania Menyambut Anggota Baru: Kelahiran Bayi Perempuan Bernama Iman
Melalui pengunduran dirinya, Hasina berharap agar situasi di Bangladesh dapat membaik, meskipun ketidakpastian politik di masa depan tetap menghantui negara tersebut. Sejumlah pengamat dan analis politik menilai langkah ini sebagai sinyal bahwa ketidakpuasan publik terhadap pemerintah semakin meluas, dan masa depan Bangladesh berada dalam ketidakpastian.